Since most of it got brutally censored, I decided to post the original article instead.
Dalam bacaan Injil hari ini, ketika murid-murid orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian bertanya pada Yesus tentang keharusan membayar pajak, Ia dihadapkan pada suatu jebakan yang sulit (ayat 15, 16). Jika Yesus menjawab pajak harus dibayarkan pada penjajah Romawi, orang-orang Farisi akan menganggap Yesus anti perjuangan kebebasan bangsa Yahudi - umat pilihan Allah. Jika Yesus menjawab sebaliknya, maka orang-orang Herodian yang pro pendudukan Romawilah yang akan menangkapNya. Tetapi, Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu dan memberikan jawaban yang membuat mereka heran, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (ayat 21)
Sekilas, jawaban tersebut hanya seperti menunjukkan kepiawaian Yesus keluar dari jebakan. Namun, jawaban itu sesungguhnya menunjukkan bagaimana Yesus mengangkat permasalahan yang hanya berkisar di pertentangan kewajiban ke perbedaan pengertian siapa itu Allah sebenarnya. Perbedaan pengertian itulah yang membuat pertanyaan yang diajukan pada Yesus seakan-akan dilematis padahal seharusnya tidak. Dilema dari pertanyaan tersebut berakar dari pengertian bahwa Allah dan Kaisar adalah dua hal yang berlawanan, kepatuhan pada aturan Kaisar dengan kesetiaan pada Allah. Namun bagi Yesus, memberikan apa yang wajib diberikan kepada Kaisar dan kepada Allah secara berbarengan tidak ditunjukkan sebagai sesuatu yang tidak mungkin (bdk ayat 21). Hal ini karena Allah yang diperkenalkan Yesus tidak sama dengan anggapan para penanyaNya. Allah bukanlah dewa kecil yang hanya memihak bangsa Yahudi dan memusuhi Kaisar Romawi karena menjajah bangsa pilihanNya. Allah adalah sesuatu yang jauh lebih besar, jauh lebih dasariah, dan karenanya jauh lebih dekat dan melingkupi kita semua. Ia bukanlah saingan Kaisar, struktur pemerintahan, ataupun sekedar objek anggota dunia. Allah adalah sesuatu yang meresapi kita dan semesta, dan dengan demikian mengamini segala hal yang kita alami ketika hidup dalam semesta ini. Kesadaran yang demikian itu akan mengantar ke suatu perubahan fundamental dalam cara beriman. Sebagaimana Allah sendiri mengamini hidup dan dunia, orang yang beriman dengan cara yang demikian juga akan menganggap hidup sebagai sesuatu yang relevan, menerima pengalaman sakit dan penderitaan, serta tidak menolak hidup dan hiruk pikuknya di dunia. Semua karena baginya Allah adalah dasar dirinya dan semesta itu sendiri, Allah bukan saingan Kaisar. (Hubertus Hosti Ps dan Hubertus Moerdianta Ps)
Bertus pertama-tama gue mau quote dua pasal Alkitab ini untuk: pertama, menyanggah bahwa Yesus menawarkan ide lain bahwa dia melihat Allah secara berbeda; kedua, menawarkan pandangan bahwa sosok Allah bisa saja dianggap sebagai kaisar yang minta upeti as if he is our liege:
ReplyDelete1). Leviticus 27:30 (NIV)
30 “‘A tithe of everything from the land, whether grain from the soil or fruit from the trees, belongs to the LORD; it is holy to the LORD.
Allah meminta sepersepuluh dari apa yang kita hasilkan.
2.) Matthew 23:23 (NIV)
23 “Woe to you, teachers of the law and Pharisees, you hypocrites! You give a tenth of your spices—mint, dill and cumin. But you have neglected the more important matters of the law—justice, mercy and faithfulness. You should have practiced the latter, without neglecting the former.
Argumen pertama: menyanggah bahwa Yesus menawarkan ide lain bahwa dia melihat Allah secara berbeda
Argumen bahwa : quote: "Namun, jawaban itu sesungguhnya menunjukkan bagaimana Yesus mengangkat permasalahan yang hanya berkisar di pertentangan kewajiban ke perbedaan pengertian siapa itu Allah sebenarnya." "Hal ini karena Allah yang diperkenalkan Yesus tidak sama dengan anggapan para penanyaNya." Dua argumen di atas tidak cukup jika hanya dianalisa dari matius 22:21 "So give back to Caesar what is Caesar’s, and to God what is God’s."
Gue pikir tulisan di atas lalai dengan tidak mengindahkan ayat di pasal selanjutnya yakni Matius 23:23 seperti yang gue quote di atas, saat Yesus mengkritisi para farisi ahli-ahli taurat. Di surat itu, Yesus berkata: "you should have practice the later, WITHOUT NEGLECTING THE FORMER". Jadi Yesus mengandaikan bahwa Allah tetap minta yang sepersepuluh bagiannya. Kalau merefer lagi ke surat matius 22:21: "So give back to Caesar what is Caesar’s, and to God what is God’s,” Berarti bisa dibilang bahwa salah satu bentuk dari "what is God's" adalah persepuluhan alias upeti pada Allah. Ini berarti argumen dalam tulisan ini yakni Yesus melihat Allah secara berbeda seperti penanyanya melihat Allah rontok.
Untuk melihat ayat-ayat di Matius ini kita harus merefer back lagi kepada customs orang Yahudi yakni memberikan sepersepuluh dari penghasilannya bagi the Lord of host (Allah) dan kita bisa merujuknya dalam surat Imamat di perjanjian lama. Ini berkaitan dengan kitab imamat sendiri yang adalah salah satu dari lima kitab pertama perjanjian lama yang disebut taurat (ajaran). Dalam bahasa sekuler disebut Pentateuch (book of five). Kitab imamat adalah kitab yang berisi perkataan Allah pada musa. Dalam taurat, Allah dilihat sebagai puncak tertinggi ritual umat israel yang dipandu musa. Dan kitab imamat ini adalah bentuk domestikasi simbolis dari hierarki antara Allah dan umat israel yang dijaminnya. Penjaminan ini jelas lewat ketakutan akan Allah dalam sebuah kumpulan ritual yang dibuat untuk menjamin kemurnian israel, dan keamanannya di tangan Allah.(Coba lihat buku God: A Biography dari (Miles: 1996, 127-129). Dan pasal 27:30 ini adalah satu di antaranya, bahwa kita harus memberi sepersepuluh hasil bagian kita kepada Allah (yang diwakili oleh pemimpin-pemimpin house of Israel yang dikomandoi para pemuka israel entah itu rabi ahli taurat dlsb).
Lanjutan:
ReplyDeleteMungkin gue bisa terima argumen tulisan di atas bahwa Yesus melihat Allah tidak seperti para penanyanya kalau gue nggak tau bahwa Yesus berkata "Without neglecting the former" yang berarti ya kita harus tetap kasih sepersepuluh hasil kita ke Allah juga. Jadi, dengan membaca pasal 23:23 di atas, kalau memang ini titah Allah sendiri seperti yang disebut dalam Imamat bahwa salah satu hal yang bisa dikategorikan "what is God's" adalah persepuluhan, yang Yesus sendiri bilang kita tidak boleh mengabaikannya, apakah ini menunjukan bahwa Yesus tidak benar-benar punya pandangan yang berbeda tentang Allah daripada si penanya-penanyanya yang NB orang farisi yang dia kritik? Lantas di mana landasan pada "perbedaan pengertian Allah sebenarnya" kalau pasal matius pasal 22:15-22 juga nggak menjelaskannya??
Argumen kedua:
Allah, kalau dipercaya sebagai esensi segala sesuatu, sebagai fondasi segala sesuatu, pencipta segala sesuatu, ya nggak bisa dibandingkan dengan kaisar manapun lah. Akan tetapi, ide tentang Allah yang minta bagian sepersepuluh yang kita hasilkan adalah miliknya, apakah ini tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah bentuk upeti kepada lord of hosts as a Liege. Jadi apakah Allah tidak bisa diperbandingkan dengan mental seorang kaisar atau raja-raja yang minta upeti as a liege? gue pikir justru dialah kaisar yang melampaui kaisar. The King of Kings.
Kesimpulan:
Menurut gue,tulisan di atas tentang pandangan baru Yesus tentang Allah adalah bentuk exegesis (tafsiran) bebas atas ayat-ayat di pasal 22 tersebut. Argumen tulisan di atas rontok semua karena pendasarannya parsial, hanya melihat ayat-ayat tertentu. Dan terlebih, tidak pas juga untuk sebagai landasan exegese bahwa Yesus melihat Allah dalam perspektif yang lain dari para rabbi yahudi. Kalau pandangan gue pribadi, mungkin Yesus memang melihat Allah secara lain tidak seperti orang yahudi kebanyakan sezamannya, tapi gue rasa nggak bisa kalau hanya didasarkan pada surat matius 22:15-22 semata. Jadi sepertinya harus dielaborasi lagi dengan dasar yang lebih pas.
Thanks my brother.. Salam kangen diskusi a la STFD dari gue.. :P