Tuesday, February 15, 2011

Immanuel Kant, Filsuf di Persimpangan Jalan

Rasionalisme dan empirisme
Sebelum Kant, terdapat dua mazhab besar dalam filsafat yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme dan empirisme. Keduanya berusaha mencari tahu dari mana sejatinya pengetahuan berasal. Rasionalisme menjawab bahwa sumbernya adalah rasio, sedangkan empirisme menjawab sumbernya adalah pengalaman.

Rasionalisme menyatakan bahwa dalam memperoleh pengetahuan, manusia cukup menggunakan rasio, dan bukan pengalaman. Hal ini disebabkan rasio mampu memberikan kepastian yang tidak bisa dicapai pengalaman (hasil dari aktivitas persepsi inderawi bisa menipu). Contoh paling jelasnya adalah matematika. Dalam matematika, pengalaman tidak diperlukan dalam memperoleh pengetahuan. Manusia dapat memperoleh pengetahuan hanya dengan mengandalkan rasionya saja. Manfaat pengalaman hanyalah untuk mengafirmasi sesuatu yang memang sudah diketahui rasio. Jadi, pengalaman adalah sesuatu yang datang kemudian dan tidak menghasilkan pengetahuan itu sendiri.

Sejarah Filsafat Yunani

Herakleitos
Ada
Herakleitos berbicara tentang kosmos yang merupakan suatu kesatuan. Ia menunjukkan hal tersebut, beserta juga dengan sifat spesifiknya melalui berbagai fragmen.
Dalam fragmen-fragmen DK 22 B1 dan 50, kesatuan tersebut ditunjukkan melalui logos yang bisa juga berarti penyebab utama segala sesuatu. Dalam hal ini, semua hal ditopang oleh logos. Ia menjadi prinsip dari semua hal, sesuatu yang sangat umum, dasariah, dan selalu hadir di dalam segala adaan dan pergerakannya meskipun tidak mesti dikenali (kaum Stoik, yang menganggap Herakleitos sebagai pendahulunya mengartikan logos sebagai prinsip kausal rasional yang menyerapi dan mengatur dunia).1
Selain diatur oleh logos, Herakleitos juga menggambarkan kesatuan dunia sebagai api yang dinamis. Segala fenomena disatukan melalui api yang bersifat seperti emas atau alat tukar. Hal ini ditunjukkan melalui fragmen-fragmen DK 22 B30, 90, serta 31a dan b.
Pemilihan Herakleitos atas api mungkin juga dikarenakan sifatnya yang dinamis dan menghasilkan perubahan yang mudah terlihat ketika menjadikan cahaya dan panas dari benda yang dibakarnya.2
Kemudian, dalam fragmen-fragmen DK 22 B91, 49a, dan 12, ditunjukkan bahwa segala sesuatu selalu berada dalam gerak perubahan. Oleh karena itulah, kita tidak dapat menginjakkan kaki di sungai yang sama dua kali, karena bukan hanya sungainya yang berubah, tetapi kitanya juga sudah berubah.3
Dan terakhir, kesatuan kosmos digambarkan Herakleitos justru melalui perlawanan. Dalam hal yang berlawanan ditemukan kesatuan dan harmoni (DK 22 B61, 67, 60, 9, dan 111). Dalam fragmen DK 22 B61, misalnya, dituliskan tentang air laut yang dapat membunuh maupun menghidupkan. Kedua sifat yang bertentangan ini sebenarnya membicarakan tentang hal yang satu, yang dalam perspektif logos (yang lebih tinggi) memang akan tampak sebagai satu. Dengan demikian, perlawanan pun menunjukkan kesatuan kosmos, kesatuan yang di dalamnya ada harmoni dari ketegangan, seperti harmoni senar yang tegang ditarik dari kedua sisi (DK 22 B51 dan 80).4